Lulusan STM Pembangunan yg masuk ke Teknik Metalurgi UI pada Tahun 1979 mungkin hanya saya. Enggan pula kusebut berhasil karena mungkin ini kesalahan “komputer” saja dan jadilah saya mahasiswa Teknik Metalurgi yg saat itu dipimpin seorang menteri dan saat ini lulusannya banyak nyaris jadi menteri, maksud saya es-I di K/L. Thn 1981 kalo tidak salah, dibuka Program Studi Teknik Gas dan Petrokimia, disokong oleh Pertamina dan menawari beasiswa “full tuition” dan tentu sebagai mahasiswa tafran, saya tak berfikir sama sekali (kalau yg lain minimal berfikir sekali) untuk langsung mendaftar. Buat saya, belajar ilmu Metalurgi atau Gas dan Petrokimia tak ada bedanya, karena saat itu saya juga tak tau selanjutnya bekerja apa. Ternyata, hampir setengah mahasiswa angkatan 79 mendaftar ke Prodi baru ini dan umumnya diterima. Jadilah kami bercampur dengan mahasiswa asal MIPA UI kimia dan fisika kuliah di Prodi yg sungguh “mewah” ini. Buku, praktek Lab hingga PKL gratis plus uang saku diperoleh. Karena sangat aktif di Mapala UI, saya tidak sempat bertanya motif kawan kawan pindah dari Metal ke prodi PSTG. Motif saya jelas, biaya. Di PSTG saya tak perlu mikir apa apa selain biaya hidup dan SPP yg saat itu 22.500 per semester yg selalu diutangi Haji Zaki, tengkyu Ji… You are what you think, ujar orang bijak. Benar terjadi, saya tak pernah istiqomah berkarir di bisnis terkait Prodi PSTG dan jadi dosen juga gagal karena IP tak cucok, jadilah saya profesional gak jelas. Insinyur SHE, lumpur bor, perpipaan, logistik hingga IT, jelas jika ingin punya sertipikasi, apalagi ahli las. Saya baru ngeh, ketika sobatku berkata “Nang, elo tuh profesional di program development…” Ini juga menyesatkan, karena pasti dikira gengnya kang Ono Purbo ahli IT. Repotnya ketika anak ingin mengisi borang apasaja dan bertanya “pekerjaan Abah apa..?” Hingga saat ini, ketika kawan kawan sdh tenang di jalannya sebagai Oil & Gas Person atau Metalurgist, saya masih sesat di jalan lurus, terbukti ketika putra bungsuku ngisi borang pembayaran UKT, dia ngisi pekerjaan Abah nya “Staf Khusus Mendikbud” tetapi sekali lagi dia bingung ketika kubilang “aku tidak digaji ya, hanya dapat tunjangan kinerja….” bingung kan ? Hahaha. [Nanang Mt’79]
Kisah Angkatan 1985
Hohihohaha Teknik Paling Jaya!Dateng di kampus bawa buku tebel-tebelDandanan nyentrik bergaye model professorNgaku di rume berangkat pegi kuliehSampe di kampus nyasarnya